April 03, 2008

Quality of Life


Tanggung jawab...ya, setiap orang tanpa terkecuali sudah diberikan dari sananya sebuah tanggung jawab. Baik itu tanggung jawab yg bernilai besar ataupun tanggung jawab yg paling simpel yakni pada dirinya sendiri. Namun, tanpa disadari ataupun sangat disadari, masih banyak orang yang menganggap/merasakan sebuah tanggung jawab itu adalah suatu beban dalam kehidupannya. Yang, mau tidak mau harus dipanggulnya. Oleh karenanya, mungkin banyak orang juga yang ingin sekali melepaskan 'beban'-nya tersebut.

Padahal, tanggung jawab, pada hakikinya bukanlah suatu beban. Setiap hal pasti punya 2 sisi.

Jadi janganlah hanya membaca dari satu sisi saja, tetapi, lihatlah juga sisi satunya. Hidup adalah yin dan yang. Sehingga, bila kita mau melihat dari sudut pandang satunya, tanggung jawab justru sebuah 'kepercayaan' yang sifatnya erat dengan anugerah. Yang Kuasa telah memberikan 'kepercayaan'-NYA kepada kita, berarti kita dianggap telah sangat 'capable' atau mampu untuk menjalaninya.

Bagi orang-orang yang tidak menyadari bahwa tanggung jawab adalah suatu anugerah 'kepercayaan' akan selalu merasa terbebani dalam setiap hal yang menuntut tanggung jawab. Dan, hal tersebut termasuk dalam soalan-soalan kecil dalam hidup juga. Contoh yang paling simpel, dalam pekerjaan di kantor sehari-hari, tidak semua orang memiliki keberanian untuk mempertanggungjawabkan apa yg telah diperbuat. Misalnya, keputusan yg teryata dirasakan kurang begitu tepat bagi perusahaan atau dirasakan tidak pas bagi departemen lain. Nah, orang yang tersangkut tanggung jawab tersebut, justru menyalahkan pihak-pihak lainnya lagi guna menutupi kesalahan ataupun kekurangannya sendiri. Bukankah seharusnya, ia dengan segala keberanian mengakui kekurangan/kesalahan prediksi yang telah ia lakukan sambil memberikan solusi terbaru menanganinya. Bukannya malah bersembunyi dengan menuding pihak lain.

Sebagai contoh lainnya lagi saya ingin mengambil kisah yg sering terjadi dalam kehidupan siapa saja. Misalnya antara orang tua dan anak. Orang tua selayaknya orang tua dari anak-anak mereka seringkali merasa diri mereka 'yang paling' benar, paling tahu, paling tidak salah, paling...paling dan paling... Sedangkan si anak menurut orang tua, dianggap masih ingusan, selalu salah bila tidak sejalan dengan orang tua, salah jalan bila tidak mendengarkan orang tua, pemberontak bila berani menyatakan tindakannya benar. Lalu, apa hubungannya dengan tanggung jawab yg saya jabarkan diatas tadi?

Orang tua memiliki tanggung jawab luar biasa besar, sebab telah mendapatkan 'kepercayaan' untuk menjalaninya. Dan, orang tua juga manusia (mengutip sebuah lagu), yang bisa saja khilaf, hilang kendali, juga melakukan kesalahan kesalahan pada anak-anak mereka. Nah, yang menjadi pemikiran adalah kenapa orang tua (khususnya di negara asia) tidak pernah mau mengakui kesalahan kepada anaknya dan meminta maaf. Karena tanggung jawab setelah melakukan kesalahan, adalah dengan mengakuinya, meminta maaf dan menyesalinya.

Contoh diatas berlaku juga untuk para atasan & karyawannya ditempat kerja. Kenapa? Sebab atasan tidak selalu benar. Bos juga manusia kan?! Namun, yah, namanya jg atasan, tidak mau dong merasa salah. Malu aahhh...masa ketahuan salahnya sih di depan anak buah :) Inilah yang sering menyebabkan hubungan pekerjaan yang menyangkut tanggung jawab secara penuh menjadi tidak berjalan dengan baik. bawahan merasa kok sepertinya atasannya tidak menghargainya, dan kenapa bawahan selalu salah sedangkan atasannya tidak pernah mau mengakui kesalahannya secara 'gentle'.

Jadi, kesimpulan uraian-uraian tulisan saya diatas adalah, marilah sebagai manusia, kita menyadari, menerima dan menjalankan segala bentuk tanggung jawab yg telah 'dipercayakan' kepada kita. Jangan hanya menyadari lalu merasa terbebani. Jangan hanya menyadari saja, lalu lari darinya. Ataupun jangan hanya menjalaninya setengah saja, dan setengahnya lagi ditinggalkan/pura-pura lupa.

Segala sesuatu harus dilakukan secara penuh. 100% tidak lebih dan tidak kurang. Semuanya harus pas. Dan, tidak mungkin semua orang telah melakukannya, dan memang tidak mudah melakukannya secara penuh. Namun, sebagai manusia, kalau kita menyerah namanya menyerah pada diri sendiri. Belajar dan belajar untuk mencapai 100% tadi. Mari bersama mulai belajar mengenai tanggung jawab secara penuh dan menjalaninya untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.

Bagaimana dengan Anda?

[am]

No comments: